Sejarah
Masa
balita dan kanak-kanak Soekarno masih tetap kelabu. Ekonomi orag tuanya yang
pas-pasan, membuat hidup Soekarno terasa begitu sulit. Sehingga membuat bung
Karno tumbuh sebagai anak yang penyakitan. Namun, menurut kepercayaan
tradisional, anak sakit-sakitan harus diganti namanya. Karena itu Koesno nama
kecilnya diganti menjadi Soekarno. “Su” yang berarti paling baik, Karna diambil
dari nama seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabharata. Jadi, Soekarno
berarti pahlawan yang paling baik.
Sejak umur 3 tahun, Koesno
dititipkan di rumah kakek dan neneknya di Tulungagung Jawa Timur. Kemampuan
kakeknya Raden Hardjodikromo seorang tabib yang mampu menyembuhkan berbagai
penyakit dan suka menolong masyarakat membuatnya disegani masyarakat
Tulungagung terlebih seringkali memberi wejangan dan pitutur kepada sesama.
Ketika masih kecil, ia layaknya anak-anak seusianya. Tidak ada tanda-tanda yang
membuat orang bisa menebak kelak dia akan menjadi orang besar. 1 hal yang
menonjol dalam dirinya, Soekarno adalah seorang pemberani sekaligus senang
berkelahi. Tak jarang Soekarno pulang dengan wajah babak belur. Tapi dia
bangga. Walaupun tidak menguasai ilmu beladiri, dengan modal keberanian dan
kenekatannya, Soekarno mampu mengalahkan lawan-lawannya. Keberanian memang
langkah awal sebuah kemenangan.
Ketika kelak tumbuh
sebagai remaja, dan sudah berpenampilan, kemiskinan tampaknya tak mempengaruhi Bung Karno dalam
bergaya. Kiriman uang saku dari orang tuanya dihematnya sen demi sen. Namun,
itu tak berarti dirinya tidak bisa tampil keren. Tampak dari foto-fotonya,
sejak muda bung Karno selalu busana apik dan menawan. Tampaknya
sejak muda Bung Karno sudah punya bakat sebagai pencipta trend mode di
jamannya.
Ayah bung Karno merupakan orang
yang mementingkan pendidikan bagi
anak-anaknya. Terbukti dengan dipindahkannya Soekarno dari Eerste Inlandse
School yang merupakan tempat bekerja ayahnya, kemudian dipindah ke Europhesche
Lageere School (ELS) sekolah dasar yang didirikan bangsa Eropa. Keputusan
ayahnya ini dilatarbelakangi adanya ketentuan untuk masuk ke Hoogere Burger
School (HBS) sekolah menengah Belanda yang mengharuskan lulusan dari ELS. Masuk
ELS pada usia 10 tahun yakni pada tahun 1911 dan menamatkan pendidikan di ELS
pada tahun 1916.
Setelah menamatkan
pendidikan di ELS Soekarno melanjutkan pendidikannya ke HBS di Surabaya
sebagaimana keinginan ayahnya. Soekarno dapat masuk ke HBS tidak serta merta karena
tamatan ELS, namun termasuk campur tangan dari H.O.S Tjokroaminoto yang
merupakan teman ayah bung Karno. Di Surabaya ini, Soekarno memulai kiprahnya di
organisasi. Organisasi pertama yang diikuti Soekarno adalah Tri Koro Dharmo
yang merupakan ogaisasi turunan dari Budi Utomo .Kedekatannya dengan
Tjokroaminoto yang juga menjadi pemimpin surat kabar harian Oetosan Hindia
tidak disia-siakannya. Hal ini terbukti dengan aktifnya bung Karno sebagai
penulis di surah kabar harian tersebut. Tahun 1921bung Karno berhasil
menamatkan pendidikannya di HBS Surabaya dan melanjutkan pendidikan ke
Technische Hoogeschool Bandung yang sekarang dikenal dengan ITB. Soekarno resmi
menyandang gelar Insinyur pada tahun 1926.
Secara resmi
diketahui, Soekarno mempunyai 9 istri selama hidupnya. Soekarno memang dinilai
sebagai Don Juan yang selalu memesona wanita. Berkali-kali diakui oleh
Soekarno, dirinya memang seorang pemuja wanita cantik. Mantan Ajudan Soekarno,
Bambang Widjanarko menceritakan Soekarno memang jagoan soal wanita. Kharisma
Soekarno ditambah intelektualitasnya yang tinggi, membuat wanita bertekuk
lutut. Selain itu, Soekarno juga bersikap sopan dan hangat pada setiap wanita.
Tak peduli wanita itu tua/muda. Soekarno tak segan-segan mengambilkan minum
sendiri untuk tamu wanitanya. Soekarno juga selalu membantu memegang tangan
wanita, jika wanita itu eluar dari mobil. Soekarno menghormati wanita, juga
wanita sangat romantis. Dia juga tak sungkan mengumbar pujian pada wanita,
sehingga membuat para wanita tersanjung.
Istri Bung Karno
- Siti Oetari (1921- 1923)
Merupakan anak sulung H.O.S
Tjokroaminoto. Ketika menikahi Oetari, umur Soekarno belum genap 20 tahun,
sementara Oetari masih berusia 16 tahun. “Pernikahan Soekarno dan Oetari hanya
untuk menyenangkan hati H.O.S Tjokroaminoto (waktu itu istri Tjokro baru saja
meninggal). Dan terbukti setelah tamat sekolah menengah atas, Soekarno
menceraikan Oetari ketika meneruskan sekolah ke THS (sekarang ITB).”kata Agus
Irawan, Pegawai Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya.
- Inggit Ganarsih (1923-1943)
Janda 12 tahun lebih tua dari
Soekarno. Inggit menjadi sumber semangat yang menyala dan menemaninya di
masa-masa sulit. Tanpa Inggit, Soekano barang kali habis setelah ditahan di
penjara Sukamiskin dan diasingkan ke Ende. Pernikahan Soekarno dan Inggit tidak
dikaruniai anak, sehingga Soekarno menceraikan Inggit yang tidak mau dimadu.
- Fatmawati (1943)
Usia Soekarno dan Fatmawati
terpaut 22 tahun lebih muda. Namun, kebahagiaannya sebagai pendamping bung
Karno harus terkoyak pada tahun ke-12. Karena, belum genap 2 hari ia melahirkan
Guruh, Soekarno minta ijin akan menikahi Hartini. Dalam buku “Fatmawati
Soekarno: The First Lady” karya Arifin Suryo Nugroho. Setelah 38 tahun tidak berkomunikasi
Fatmawati menemui Inggit yang telah sepuh itu, dan bersimpuh dihadapannya.
Seorang ibu adalah lautan maaf. “Hanya ke depan, jangan mencubit orang lain
kalau tak ingin dicubit, karena dicubit itu rasanya sakti,” jelas Inggit, istri
yang cuma bisa memberi tanpa mau meminta kepada suaminya. Fatmawati meminta
maaf karena telah menjalin kasih dan menikah dengan Soekarno. Bagi Fatmawati,
kehendaknya menemui mantan ibu angkatnya Inggit, seolah menjadi penyuci diri.
- Hartini (1952-1970)
Berstatus janda 5 anak.
Kepada Tempo edisi 22 September
1999 lalu, Hartini menepis tudingan public bahwa dirinya telah merebut Bung
Karno dari Fatmawati. Untuk bersedia menerima pinangan bung Karno yang
bertubi-tubi, dia harus membayarnya dengan amat mahal.
- Kartini Manoppo (1959-1968)
Bekas pramugari Garuda Indonesia
ini penah menjadi model lukisan Basuki Abdullah. Ketika melihat lukisan itu,
Soekarno mengagumi sang model, lantas memintanya untuk ikut terbang setiap kali
Presiden melawat ke luar negeri.
- Ratna Sari Dewi (Naoko Noemoto) 1962-1970
Wanita Jepang yang dinikahi Bung
Karno saat usia 19 tahun. Gosip beredar bahwa dia adalah seorang geisha. Namun,
rumor itu berkali-kali dibantahnya.menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi
meninggalkan Indonesia.
- Haryati (1963-1966)
Haryati adalah mantan penari
istana sekaligus staff seretaris Negara bidang kesenian. Karena pekerjaannya
itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator. Melihat kemolekan Haryati,
Soekarno bak Arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23
tahun itu. Bahkan, status Haryati yang merupakan kekasih orang lain, tak
membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.
- Yurike Sanger (1964-1968)
Saat itu Yurike masih berstatus pelajar menjadi salah satu
anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara kenegaraan. Akhirnya, Bung Karno menemui orang tua Yurike pada 6
Agustus 1964 dan dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara
islam di rumah Yurike.berjalannya waktu, kondisi bung Karno pada 1967 yang
secara de facto di makzulkan sebagai Presiden , berdampak pada kehidupan pribadi.
Didasari rasa cinta yang luar biasa Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di
Wisma Yoso,menyarankan agar Yurike meminta cerai.
- Heldy Djafar (1966-1969)
Merupakan istri terakhir
Soekarno, waktu itu usia Bung Karno 65
tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kutanegara, Kalimantan Timur itu berusia
18 tahun. Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Waktu itu situasi
politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tidak berjalan lancar setelah
Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso. Heldy sempat mengucap ingin berpisah,
tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.
Dalam perjuangannya mencapai
kemerdekaan, Soekarno telah mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam
mencapai kemerdekaan Indonesia. Seperti diasingkannya beliau ke berbagai tempat
karena memberontak dan mendirikan organisasi-organisasi. Namun, hal tersebut
tidak membuat Soekarno menyerah begitu saja. Berbagai usaha dilakukannya untuk
mencapai satu tujuan yaitu Indonesia Medeka. Akhirnya, kemerdekaan itu pun
dapat diraih Soekarno dan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jln.
Pegangsaan Timur 56, dengan pembacaan Proklamasi dan pengibaran bendera Merah
Putih yang dijahit Ibu Fatmawati. Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970 di
Jakarta.
Kesimpulan
Untuk perjuangannya itu baik, sehingga
dapat kita contoh (rasa nasionalismenya yang tak pernah lekang oleh waktu).
Tapi kalau untuk pernikahannya sampai 9 kali,
harus dihindari.
Sumber
1. Dalam Otobiografi Soekarno, An
Autobiography as Told to Cindy Adams (Bobs-Merrill Company Inc.New York 1965)
2. Indo Corps Circles menguaknya
dari berbagai sumber mulai dari Wikipedia, berbagai situs luar negeri dan
wartawan merdeka.com (Laurencius Simajuntak, Didi Syafirdi dan Ramadhian
Fadillah).
0 komentar:
Posting Komentar