Minggu, 07 Agustus 2016

Perjuanganmu Inspirasiku


Sejarah

Masa balita dan kanak-kanak Soekarno masih tetap kelabu. Ekonomi orag tuanya yang pas-pasan, membuat hidup Soekarno terasa begitu sulit. Sehingga membuat bung Karno tumbuh sebagai anak yang penyakitan. Namun, menurut kepercayaan tradisional, anak sakit-sakitan harus diganti namanya. Karena itu Koesno nama kecilnya diganti menjadi Soekarno. “Su” yang berarti paling baik, Karna diambil dari nama seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabharata. Jadi, Soekarno berarti pahlawan yang paling baik.

Sejak umur 3 tahun, Koesno dititipkan di rumah kakek dan neneknya di Tulungagung Jawa Timur. Kemampuan kakeknya Raden Hardjodikromo seorang tabib yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan suka menolong masyarakat membuatnya disegani masyarakat Tulungagung terlebih seringkali memberi wejangan dan pitutur kepada sesama. Ketika masih kecil, ia layaknya anak-anak seusianya. Tidak ada tanda-tanda yang membuat orang bisa menebak kelak dia akan menjadi orang besar. 1 hal yang menonjol dalam dirinya, Soekarno adalah seorang pemberani sekaligus senang berkelahi. Tak jarang Soekarno pulang dengan wajah babak belur. Tapi dia bangga. Walaupun tidak menguasai ilmu beladiri, dengan modal keberanian dan kenekatannya, Soekarno mampu mengalahkan lawan-lawannya. Keberanian memang langkah awal sebuah kemenangan.

Ketika kelak tumbuh sebagai remaja, dan sudah berpenampilan, kemiskinan  tampaknya tak mempengaruhi Bung Karno dalam bergaya. Kiriman uang saku dari orang tuanya dihematnya sen demi sen. Namun, itu tak berarti dirinya tidak bisa tampil keren. Tampak dari foto-fotonya, sejak muda bung Karno selalu busana apik dan menawan. Tampaknya sejak muda Bung Karno sudah punya bakat sebagai pencipta trend mode di jamannya.

Ayah bung Karno merupakan orang yang mementingkan pendidikan  bagi anak-anaknya. Terbukti dengan dipindahkannya Soekarno dari Eerste Inlandse School yang merupakan tempat bekerja ayahnya, kemudian dipindah ke Europhesche Lageere School (ELS) sekolah dasar yang didirikan bangsa Eropa. Keputusan ayahnya ini dilatarbelakangi adanya ketentuan untuk masuk ke Hoogere Burger School (HBS) sekolah menengah Belanda yang mengharuskan lulusan dari ELS. Masuk ELS pada usia 10 tahun yakni pada tahun 1911 dan menamatkan pendidikan di ELS pada tahun 1916.

Setelah menamatkan pendidikan di ELS Soekarno melanjutkan pendidikannya ke HBS di Surabaya sebagaimana keinginan ayahnya. Soekarno dapat masuk ke HBS tidak serta merta karena tamatan ELS, namun termasuk campur tangan dari H.O.S Tjokroaminoto yang merupakan teman ayah bung Karno. Di Surabaya ini, Soekarno memulai kiprahnya di organisasi. Organisasi pertama yang diikuti Soekarno adalah Tri Koro Dharmo yang merupakan ogaisasi turunan dari Budi Utomo .Kedekatannya dengan Tjokroaminoto yang juga menjadi pemimpin surat kabar harian Oetosan Hindia tidak disia-siakannya. Hal ini terbukti dengan aktifnya bung Karno sebagai penulis di surah kabar harian tersebut. Tahun 1921bung Karno berhasil menamatkan pendidikannya di HBS Surabaya dan melanjutkan pendidikan ke Technische Hoogeschool Bandung yang sekarang dikenal dengan ITB. Soekarno resmi menyandang gelar Insinyur pada tahun 1926.

Secara resmi diketahui, Soekarno mempunyai 9 istri selama hidupnya. Soekarno memang dinilai sebagai Don Juan yang selalu memesona wanita. Berkali-kali diakui oleh Soekarno, dirinya memang seorang pemuja wanita cantik. Mantan Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan Soekarno memang jagoan soal wanita. Kharisma Soekarno ditambah intelektualitasnya yang tinggi, membuat wanita bertekuk lutut. Selain itu, Soekarno juga bersikap sopan dan hangat pada setiap wanita. Tak peduli wanita itu tua/muda. Soekarno tak segan-segan mengambilkan minum sendiri untuk tamu wanitanya. Soekarno juga selalu membantu memegang tangan wanita, jika wanita itu eluar dari mobil. Soekarno menghormati wanita, juga wanita sangat romantis. Dia juga tak sungkan mengumbar pujian pada wanita, sehingga membuat para wanita tersanjung.

Istri Bung Karno

  • Siti Oetari (1921- 1923)
Merupakan anak sulung H.O.S Tjokroaminoto. Ketika menikahi Oetari, umur Soekarno belum genap 20 tahun, sementara Oetari masih berusia 16 tahun. “Pernikahan Soekarno dan Oetari hanya untuk menyenangkan hati H.O.S Tjokroaminoto (waktu itu istri Tjokro baru saja meninggal). Dan terbukti setelah tamat sekolah menengah atas, Soekarno menceraikan Oetari ketika meneruskan sekolah ke THS (sekarang ITB).”kata Agus Irawan, Pegawai Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya.
  • Inggit Ganarsih (1923-1943)
Janda 12 tahun lebih tua dari Soekarno. Inggit menjadi sumber semangat yang menyala dan menemaninya di masa-masa sulit. Tanpa Inggit, Soekano barang kali habis setelah ditahan di penjara Sukamiskin dan diasingkan ke Ende. Pernikahan Soekarno dan Inggit tidak dikaruniai anak, sehingga Soekarno menceraikan Inggit yang tidak mau dimadu.
  • Fatmawati (1943)
Usia Soekarno dan Fatmawati terpaut 22 tahun lebih muda. Namun, kebahagiaannya sebagai pendamping bung Karno harus terkoyak pada tahun ke-12. Karena, belum genap 2 hari ia melahirkan Guruh, Soekarno minta ijin akan menikahi Hartini. Dalam buku “Fatmawati Soekarno: The First Lady” karya Arifin Suryo Nugroho.  Setelah 38 tahun tidak berkomunikasi Fatmawati menemui Inggit yang telah sepuh itu, dan bersimpuh dihadapannya. Seorang ibu adalah lautan maaf. “Hanya ke depan, jangan mencubit orang lain kalau tak ingin dicubit, karena dicubit itu rasanya sakti,” jelas Inggit, istri yang cuma bisa memberi tanpa mau meminta kepada suaminya. Fatmawati meminta maaf karena telah menjalin kasih dan menikah dengan Soekarno. Bagi Fatmawati, kehendaknya menemui mantan ibu angkatnya Inggit, seolah menjadi penyuci diri.
  • Hartini (1952-1970)
Berstatus janda 5 anak.
Kepada Tempo edisi 22 September 1999 lalu, Hartini menepis tudingan public bahwa dirinya telah merebut Bung Karno dari Fatmawati. Untuk bersedia menerima pinangan bung Karno yang bertubi-tubi, dia harus membayarnya dengan amat mahal.
  • Kartini Manoppo (1959-1968)
Bekas pramugari Garuda Indonesia ini penah menjadi model lukisan Basuki Abdullah. Ketika melihat lukisan itu, Soekarno mengagumi sang model, lantas memintanya untuk ikut terbang setiap kali Presiden melawat ke luar negeri.
  • Ratna Sari Dewi (Naoko Noemoto) 1962-1970
Wanita Jepang yang dinikahi Bung Karno saat usia 19 tahun. Gosip beredar bahwa dia adalah seorang geisha. Namun, rumor itu berkali-kali dibantahnya.menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia.
  • Haryati (1963-1966)
Haryati adalah mantan penari istana sekaligus staff seretaris Negara bidang kesenian. Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator. Melihat kemolekan Haryati, Soekarno bak Arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23 tahun itu. Bahkan, status Haryati yang merupakan kekasih orang lain, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.
  • Yurike Sanger (1964-1968)
Saat itu Yurike  masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara kenegaraan. Akhirnya,  Bung Karno menemui orang tua Yurike pada 6 Agustus 1964 dan dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike.berjalannya waktu, kondisi bung Karno pada 1967 yang secara de facto di makzulkan sebagai Presiden , berdampak pada kehidupan pribadi. Didasari rasa cinta yang luar biasa Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso,menyarankan agar Yurike meminta cerai.
  • Heldy Djafar (1966-1969)
Merupakan istri terakhir Soekarno,  waktu itu usia Bung Karno 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kutanegara, Kalimantan Timur itu berusia 18 tahun. Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Waktu itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tidak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.

Dalam perjuangannya mencapai kemerdekaan, Soekarno telah mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Seperti diasingkannya beliau ke berbagai tempat karena memberontak dan mendirikan organisasi-organisasi. Namun, hal tersebut tidak membuat Soekarno menyerah begitu saja. Berbagai usaha dilakukannya untuk mencapai satu tujuan yaitu Indonesia Medeka. Akhirnya, kemerdekaan itu pun dapat diraih Soekarno dan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jln. Pegangsaan Timur 56, dengan pembacaan Proklamasi dan pengibaran bendera Merah Putih yang dijahit Ibu Fatmawati. Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta. 

Kesimpulan

Untuk perjuangannya itu baik, sehingga dapat kita contoh (rasa nasionalismenya yang tak pernah lekang oleh waktu). Tapi kalau untuk pernikahannya sampai 9 kali,  harus dihindari. 

Sumber

1.   Dalam Otobiografi Soekarno, An Autobiography as Told to Cindy Adams (Bobs-Merrill Company Inc.New York 1965)
2.  Indo Corps Circles menguaknya dari berbagai sumber mulai dari Wikipedia, berbagai situs luar negeri dan wartawan merdeka.com (Laurencius Simajuntak, Didi Syafirdi dan Ramadhian Fadillah).

0 komentar:

Posting Komentar